Dilamar ala-ala
10 Oktober 2016
“ halo assalamualaikum sayang..”
“ halo assalamualaikum sayang..”
“ waalaikumsalam, kenapose?”
“ aku baru ngobrol sama bapak ibu..”
“ am listening ”
“ aku bilang mau ngelamar kamu, tapi kata bapak jangan
lamaran “
“ terus ? “
“ disuruh langsung akad “
“ !@#$%^&*&)(* ???? “
Yak itulah I called it as proposal. Lewat telepon. Never thought to be this way
but heck yes this is the sweetest thing that man can do to show you how much he
loves you & serious about the relationship
Pembicaraan diatas dilanjutkan dengan aku telepon ayah ibu
untuk nanya gimana dan kemudian baru di bales sore karna ayah di kampus sampe
hampir maghrib ditambah lupa bawa handphone dan ibu yang handphone-nya ke
silent jadi mau nelpon 100x juga ngga ke angkat sampe akhirnya aku harus telpon
rumah dan menyampaikan pesan si-mas, kemudian ibu bilang
“ ya nanti tunggu ayah datang “
“ iya buk, kalo menurut ibu gimana ? “
“ ibu sih yes, kamu sudah siap ? “
“ insya Allah iya buk “
“ yo wes nanti setelah sholat maghrib bilang sama fahmi
untuk telepon ayah “
if you wondering why telpon telepon dan telpon ngga ketemu
langsung karena
1.
Mas di Jakarta
2.
Aku di Bandung
3.
Ayah ( lagi ) di Malang
4.
Ibu di Malang
5.
Bapaknya mas ( lagi ) di Malang
6.
Ibunya mas di Malang
Yak, kita memang cuma bisa telepon-teleponan
Singkatnya, ibu cerita ke aku ( besoknya ) kalo mas akhirnya
minta izin ke ayah via telepon dan ayah merestui. Ayah sama mas bicara selayaknya orang janjian
mau ketemuan berikut kapan, tempatnya, dan apa acaranya. Ada ketentuan dari
ayah bahwa kita ngga usah menggunakan adat yang ribet, mas kawin yang tidak
memberatkan, dan acara yang sederhana saja yang lansung disetujui sama mas
karna ternyata bapaknya mas juga berkata demikian.
Mas sempat tanya sambil becanda soal tanggal yang aku pengen
di hari mas ke rumah kenalan sama ayah ibu dan aku kerumah mas kenalan sama
sekeluarganya. Aku bilang 24 November waktu ulang tahunnya. Turns out he listen
dan ayah juga setuju acara dilaksanakan di hari Kamis, 24 November 2016 di
rumahku.
Malam itu aku sengaja banget untuk membiarkan diriku
sok-sok-shock dengan cengengesan,
ngobrol sama mas, ngasi tau temen-temen dan quite enjoy their reaction
seperti “ you gotta be kidding me” or “
what? You leave me alone” or “ omg am so happy for you” or “ are you serious?”
or simply “ no you’re not” . That night, I gave myself time to let the
butterflies spread. Besok aku akan jadi aku yang biasanya yang punya jiwa EO
dan akan mempersiapkan semua sematang mungkin karena kalo orang punya waktu
minimal 1 tahun untuk mempersiapkan their wedding dream, I only got 1 and half
month to prepare
Comments